Kerjasama Riset Kelautan Indonesia-Amerika Serikat melalui Index Satal 2010

Kerjasama antara Indonesia dan Amerika Serikat di bidang riset kelautan melalui Ekspedisi  Indonesia Exploration Sangihe Talaud (INDEX SATAL) 2010 berhasil menemukan sejumlah biota laut unik dan banyak sekali semburan hidrotermal di kedalaman perairan Sangihe Talaud. Berbagai biota laut yang ditemukan di sekitar gunung api bawah laut bernama Gunung Kawio di kedalaman 1.800 meter tersebut sangat unik karena mampu hidup dalam tekanan hingga 180 bar, di suhu panas 350 derajat Celcius serta dalam kondisi gelap tanpa sinar matahari.

Hal itu disampaikan Sugiarta W. Santosa, Ketua Tim Riset Indonesia Index Satal dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan saat menyampaikan presentasi hasil kegiatan Index Satal di depan tim Koordinasi Pemberian Izin Penelitian Asing di Kantor Kementerian Riset dan Teknologi, pada Rabu 7 September 2010.

Misi Index Satal 2010 merupakan misi riset bersama  antara  Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dari Indonesia dengan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dari Amerika Serikat. Misi Index Satal 2010 yang berlangsung selama 35 hari dari 6 Juli-9 Agustus 2010, memfokuskan riset dalam beberapa bidang yaitu pemetaan batimetri, celah hidrotermal, vulkanologi, geologi kelautan, habitat kelautan, oseonografi fisika dan biologi, hidrografi, flora dan fauna laut dalam, serta teknologi informasi kelautan.

Menurut Sugiarta, ada tiga hal yang mendasari Sangihe Talaud dipilih sebagai lokasi riset, yaitu pertama, wilayah tersebut unik secara tektonik yaitu double seduction dimana tidak banyak daerah di dunia yang mempunyai karakteristik seperti ini. Kedua, wilayah ini merupakan pertemuan dua jalur gunung api besar di dunia dan pertemuan jalur gempa wilayah timur dan pasifik. Ketiga, wilayah ini merupakan wilayah laut dalam yang belum banyak dieksplorasi potensinya.

Ekspedisi Index Satal melibatkan Kapal Riset Okeanos Explorer milik NOAA serta Baruna Jaya IV milik BPPT. Kapal Okeanos memiliki  kemampuan teknologi pemantauan laut dalam menggunakan ROV (remotely operated vehicle) bernama Hercules Little yang mampu menyelam hingga kedalaman 7000 meter dan dilengkapi dengan High Definition Camera yang mampu mengambil gambar yang hasilnya dapat dilihat langsung di Kantor BRKP di Jakarta Utara dan Kantor NOAA di Seatle.

Sedangkan kegiatan Kapal Baruna Jaya IV difokuskan pada pengambilan sampel biota, Bathymetric mapping sampai dengan kedalam 1500 meter, dan Mid-water and bottom trawling. Menurut Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam  BPPT, Ridwan Djamaluddin, ekspedisi bersama dua kapal riset merupakan yang pertama kali bagi BPPT. Kapal Baruna Jaya IV telah menyelesaikan tugas di ekspedisi ini dengan baik dan secara teknologi mampu mengimbangi kemampuan Oceanos Explorer. “Pada ekspedisi ini, Kapal Baruna Jaya IV bahkan mampu memberikan beberapa kontribusi yang tidak dapat dilakukan oleh Kapal Oceanos Explorer” Ujar Ridwan Djamaluddin.

Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral BPPT, Yusuf Surachman,  mengatakan keberhasilan ekspedisi Index Satal menemukan hydrothermal vent merupakan sebuah penemuan yang membanggakan. Pada umumnya, hydrothermal vents hanya terdapat di wilayah mid-ocean-ridge, namun expedisi ini ternyata mampu menemukan hydrothermal vents yang terdapat di Indonesia. “Sangat sulit untuk menemukan hydrothermal vents tanpa menggunakan peralatan yang canggih. Saya menganggap expedisi riset ini sukses karena mampu menemukan hal-hal yang baru” , Ujar Yusuf Surachman.

Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek, Teguh Rahardjo yang memimpin rapat tersebut memberikan appresiasi atas keberhasilan tim ekspedisi Index Satal 2010. ”Semoga kerjasama ini dapat terus berjalan dan menghasilkan banyak hal yang bermanfaat bagi pengembangan riset dan iptek di Indonesia”, Ujar Teguh Rahardjo mengakhiri rapat tersebut.  (munawir)

0 Komentar