Revitalisasi Kerjasama Iptek Indonesia-India

Indonesia dan India telah memiliki hubungan yang harmonis dan unik bahkan sejak zaman kuno. Terdapat banyak persamaan latar belakang kebudayaan di antara kedua negara. Sejak awal kemerdekaan pun, pemimpin kedua negara, Soekarno dan Jawaharal Nehru berkomitmen untuk menjaga hubungan baik yang dijalin kedua negara tersebut. Kedua negara juga memiliki peran yang penting dalam mendirikan Gerakan Non-Blok dan mendorong Kerjasama Selatan-Selatan.  Hubungan baik yang telah terjalin tersebut menjadi dukungan yang positif bagi India dan Indonesia untuk menjalin kerjasama efektif di bidang riset dan iptek.

Hal tersebut disampaikan Syamsa Ardisasmita, Deputi Menristek Bidang Jaringan Iptek, saat memberikan Sambutan pada The 2nd Meeting of Indonesia-India Joint Science and Technology Committee yang diselenggarakan di Hotel Ramayana, Bali pada tanggal 19 Oktober 2010.

Indonesia dan India memiliki pandangan yang sama terhadap strategisnya kerjasama di bidang riset dan Iptek. Nota Kesepahaman Kerjasama Iptek antara kedua negara telah ditandatangani pada tahun 2001 dan telah menghasilkan beberapa tindakan nyata, antara lain adalah  pengiriman 41 orang dari Indonesia untuk berpartisipasi dalam pelatihan ICT di TATA INFOTECH Bangalore, partisipasi enam orang ilmuwan dan pembuat kebijakan iptek pada ASEAN-India Teknologi S & T Teknologi Platform ke-12 pada tahun 2006, penelitian satelit kerjasama antara LAPAN dan ISRO; serta beberapa lokakarya ASEAN India di bidang Iptek Material.

Dalam sambutannya, Syamsa menegaskan pertemuan ini menjadi momen yang tepat untuk melakukan revitalisasi kerjasama yang terjalin selama ini. Syamsa berharap dari kerjasama bilateral ini, Indonesia dapat belajar dari kemajuan iptek yang telah dicapai India. “Dengan kerjasama ini kita dapat berbagi pengalaman dengan India  di bidang kesehatan dan kedokteran, teknologi informasi dan komunikasi serta desalinasi air laut”, Ujar Syamsa.

Salah satu bidang prioritas yang akan dikerjasamakan kedua negara adalah Teknologi Infomasi dan Komunikasi,  di antaranya adalah pengembangan perpustakaan digital, perangkat lunak open source, dan penerapan e-voting. Khusus untuk e-voting, pada tahun 2004 India telah terlebih dahulu menerapkan e-voting pada pemilihan parlemen dengan total peserta pemilu yang mencapi 290 juta orang dan menggunakan lebih dari 1 juta perangkat e-voting (EVM). Pada kesempatan tersebut, Syamsa menyampaikan bahwa dari aspek teknologi, Indonesia telah siap melaksanakan e-voting. Namun tantangan yang masih dihadapi pemerintah saat ini adalah meyakinkan seluruh pihak bahwa penerapan teknologi e-voting pada proses pemilu maupun pilkada adalah metode yang lebih efektif, efisien, terjaga kerasahasiannya dan hasilnya tetap kredibel.              

Pada pertemuan tersebut hadir pula dari Kementerian Ristek, Amin Soebandrio, Staf Ahli Menristek bidang Kesehatan dan Obat; Masrizal, Staf Ahli Menristek bidang Pertanian dan Pangan; Engkos Koswara, Staf Ahli Menristek bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi; serta Nada Marsudi, Asdep Jaringan Iptek Internasional. Dari LPNK turut hadir Bambang Prasetya, Deputi Bidang Ilmu Hayati, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); Bambang Herunadi dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP); Andrari Grahitandaru dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); Andriani Agustina dan Erni Sri Sinta dari LAPAN; Moch. Riyadi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), serta Irma S. Hapsari dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Sedangkan, delegasi dari India terdiri dari A.K. Sood, Direktur Kerjasama Internasional, Kementerian Iptek India; K.V. Prabu, Principal Scientist dari Indian Agriculture Research Institute; Vibha Tandon dari Universitas Delhi; R.K. Sharma dari Institute of Nuclear Medicine and Allied Sciences; serta Sugandh Rajaram dari Kedutaan Besar India di Jakarta.

Di akhir pertemuan, Syamsa Ardisasmita dan A.K, Sood menandatangani Minutes of Meeting yang di dalamnya menyepakati  untuk melakukan satu lokakarya setiap tahun mulai 2011-2013, untuk menunjuk Kementerian Ristek Indonesia dan Kementerian Iptek India sebagai focal point untuk mendorong komunikasi antar instansi terkait di kedua negara, serta untuk menyelesaikan draft Nota Kesepahaman yang baru di bidang Iptek yang rencananya akan ditandatangani saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke India pada awal tahun 2011. (munawir)

0 Komentar