Menjawab Tantangan Pasar Domestik dengan Teknologi

Dalam masterplan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), terdapat 22 kegiatan ekonomi utama yang tersebar di seluruh nusantara dan merupakan potensi perekonomian nasional. Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi akan memberikan dukungan terhadap upaya pengelolaan 22 kegiatan ekonomi utama tersebut yang masih dominan berorientasi pada potensi sumber daya alam Indonesia. Diharapkan upaya ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku dan komponen impor.  Hal tersebut untuk menjawab salah satu tantangan teknologi yang harus berorientasi domestik.

Hal tersebut dikemukakan Deputi Menristek Bidang Kelembagaan Iptek, Benyamin Lakitan yang mewakili Menristek saat menyampaikan keynote speech pada Dialog Nasional yang diselenggarakan oleh Dewan Riset Nasional (DRN) dengan tema “Mainstreaming Iptek dalam Pembangunan Nasional” pada Senin, 16 Juli 2012 di auditorium BPPT. Lebih lanjut Benyamin Lakitan menyampaikan bahwa teknologi yang berorientasi domestik bukan hanya memaksimalkan upaya memanfaatkan sumber daya domestik, namun disisi lain juga adalah upaya pemenuhan atau permintaan pasar domestik dengan menggunakan pendekatatan demand-driven. “Ukuran pasar dan daya serap Indonesia sangat besar dan cenderung meningkat. Namun kapasitas pasar domestik tersebut saat ini belum menjadi sasaran utama bagi pengembangan teknologi yang harusnya sesuai dengan kebutuhan ekonomi dan menguasai pasar domestik”, ujar Benyamin.

Dialog nasional ini diarahkan untuk menghasilkan rekomendasi tentang penguatan jaringan antara penyedia dengan pengguna teknologi, khususnya dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Selama ini hasil penelitian, pengembangan dan rekayasa (litbangyasa) belum banyak dimanfaatkan oleh BUMN, padahal perusahaan BUMN dapat dijadikan sebagai “captive market” bagi produk-produk teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang dan perguruan tinggi. Menurut Menteri BUMN, Dahlan Iskan yang turut hadir sebagai pembicara pada dialog tersebut, upaya mempererat linkage antara lembaga litbang dan BUMN sudah digalakkan misalnya pada bidang pangan. Menurut Dahlan Iskan, permintaan akan tepung terigu kian meningkat sementara gandum terus diimpor, sehingga Dahlan Iskan telah menginstruksikan kepada BUMN agar akhir tahun ini menanam lima belas ribu hektar tanaman sorgum dan harus terus meningkat supaya konsumsi terhadap tepung terigu impor bisa menurun. “Hasil riset sorgum dari para ahli kita sangat luar biasa. Kalau kita bisa memproduksi sorgum dua juta ton dalam setahun, sudah mengurangi 30 persen ketergantungan impor pada tepung terigu. Kita bisa menghemat banyak”, ujar Dahlan Iskan.

Dialog Nasional tersebut diselenggarakan dalam rangka Sidang Paripurna Dewan Riset Nasional II Tahun 2012. Selain dihadiri oleh 55 anggota DRN, dialog tersebut juga dihadiri oleh 200 peserta dari Dewan Riset Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota, Kabalitbang Kementerian, Kabalitbangda, Perguruan Tinggi, BUMN, pelaku usaha, dan para pejabat di lingkungan Kementerian Ristek, LPNK dan Kementerian terkait lainnya. (munawir)

0 Komentar