E-TICKETING CL

Sebelum e-ticketing Commuter Line diterapkan per 1 Juni 2013, saya biasanya memarkir motor di salah satu rumah warga di belakang Pasar Serpong, tepat disamping pagar Stasiun KA Serpong. Dengan begitu, saya tinggal menyusuri rel sepanjang 50 meter dan membeli tiket pada petugas di ujung peron. Ga perlu capek-capek lagi naik tangga ke stasiun Serpong dan ngantri tiket. Perjalanan juga jadi lebih singkat, hanya 10 menit dari rumah, jauh lebih cepat dibandingkan saya parkir di stasiun Serpong, karena harus melewati Pasar Serpong yang macetnya ga bisa diprediksi. Dengan adanya e-ticketing, mau ga mau saya harus kembali parkir di Stasiun Serpong.

Pada stiker sosialiasi e-ticketing yang ditempel di dalam gerbong, dijelaskan bahwa di loket pembelian tiket, penumpang tinggal menyebutkan stasiun tujuan ke petugas, dan tiket akan keluar dari dispenser. Tiket yang bentuknya seperti kartu ATM tersebut kemudian ditempelkan ke pemindai yang ada di depan gate. Bila lampu di gate sudah berwarna hijau, penumpang bisa masuk dengan mendorong barrier yang ada pada gate. Selama perjalanan, ada petugas yang akan memeriksa secara manual atau menggunakan portable scanner. Begitu tiba di stasiun tujuan, tiket dimasukkan ke dalam alat yang ada pada pintu keluar. Kalau tarif progresif sudah diterapkan, tiket akan ditolak alat tersebut bila stasiun tempat penumpang turun berbeda dengan stasiun tujuan yang disebutkan saat membeli tiket.

Namun, sampai hari ini, alur e-ticketing seperti disebutkan di atas belum 100 persen diterapkan. Kadang di stasiun tujuan, tiket diserahkan langsung kepada petugas yg berjaga di pintu keluar. Entah apakah alat e-ticketingnya lagi error atau sengaja digituin supaya penumpang tidak menumpuk dan berdesak-desakan di pintu keluar. Memang dengan sistem e-ticketing, butuh waktu yang lebih lama karena penumpang harus menunggu lampu hijau untuk bisa keluar. Bayangkan kalo di waktu yang bersamaan, ratusan penumpang buru-buru pengen keluar sementara gate yang tersedia kurang dari 5 buah. 

Sampai kemarin pun, dari stasiun Tana Abang ke stasiun Serpong, masih menggunakan tiket cetak (karcis). Entah kenapa blum menggunakan e-ticketing. Kita berdoa aja semoga sistem e-ticketing ini merupakan awal dari perbaikan pelayanan Commuter Line. Syukur-syukur bisa senyaman subway di Eropa, atau ga usah jauh-jauh deh, bisa senyaman transport publik di Malaysia dan Singapura aja udah cukup menggembirakan.

0 Komentar