Karena hari Ahad, jalan dari bandara ke Kota Paris cukup lengang, ga nyampe sejam mobil yang jemput saya sudah tiba di daerah Auteuil, tapi ternyata ga gampang nemuin hotel Holiday Inn yang terletak di rue Gudin. Walaupun staff KBRI yang ngantar kita udah tinggal 30 tahun di Paris, tetap aja nyasar kemana-mana, untungnya ada seorang penduduk paris yang mau nunjukin lokasi hotel yang kita tuju.
Ternyata hotel Holiday Inn ini ga segede yang saya bayangkan, saya udah ngebayangin nih hotel segede Hotel Sari Pan Pacific di Jakarta. Walaupun hotelnya kecil. tapi room ratenya lumayan mahal, lebih mahal daripada hotel Bintang Lima di Jakarta, bayangin aja untuk semalam tarif kamarnya 120 euro (sekitar 1,7 juta rupiah), padahal fasilitasnya biasa-biasa aja. Harga itu bahkan belum termasuk breakfast yang diharge 15 Euro. Koneksi internet juga tidak gratis, untuk menggunakan wifi selama untuk seminggu aja musti membayar 88 euro.
Saya dapat kamar di lantai 6, dari balkon kamar Menara Eiffel bisa terlihat dengan jelas. Karena penasaran, saya pun memutuskan untuk menyusuri jalan-jalan di kota Paris dengan tujuan Menara Eiffel. Saya berjalan ke arah utara menyusuri Avenue de Versailles, di sisi kanan jalan terdapat pasar tradisional, jualannya macem-macem, mulai dari ikan, daging, sayur, buah, bunga, pakaian, dll.. pokoknya lumayan komplit, sepertinya pasar ini cuma buka hari Minggu saja. Dari situ saya belok ke kanan dan kemudian menyusuri tepi sungai Seine melalui Quai Louis. Pemandangan Sungai Sein tidak kalah indahnya. Sayangnya jalan-jalan di kota Paris terkesan kotor dengan menumpuknya daun-daun gugur dari pohon yang tertanam rapi di sisi kiri jalan.
Di tengah sungai, tepat di sisi jembatan Point de Grenelle, ada miniatur patung Liberty. Namanya juga miniatur, walaupun mirip cuman ukurannya ga segede yang di Amerika sana. Melangkah ke utara lagi di sebelah kiri ada bengunan gede banget, ternyata gedungnya Maison Radio France. dari sini saya menyusurin jalan gede Avenue du Pt Kennedy dan kemudian menyeberang sungai Seine melalui jembatan Point de Bir-Hakeem. dari jembatan ini, Menara Eiffel sudah bisa terlihat dengan utuh, yah kira-kira jaraknya 200 meteran lagi dehh.. kami mempercepat langkah, sudah tidak sabar lagi rasanya tiba di menara yang menjadi simbol kota Paris.
Kembali ke hotel, saya sudah terlalu capek untuk berjalan, saya pun memutuskan untuk naek Metro dari stasiun Bir-Hakeem menuju Trocadero dan kemudian pindah ke Jalur 9 dan turun di stasiun Porte de Saint-Cloud yang letaknya pas di depan hotel. Eh jangan kirain Metro di sini sama dengan Metro Mini di Jakarta ya, Metro di sini tuh kereta bawah tanah. Jalur metro di Paris sangat rumit dan sudah ada sejak lama. Untuk naek metro pun tidak terlalu mahal, saya beli tiket yang bisa dipakai sepuasnya selama seminggu hanya dengan 16 euro.
Seperti biasa, begitu pukul dua tengah malam, saya sudah terbangun dan rasanya susah untuk merem lagi gara-gara jetlag. Selisih waktu Paris dan Jakarta memang enam jam, artinya jam dua tengah malam disini sama dengan jam delapan pagi di Jakarta. Sepertinya enak banget berpuasa di Paris kalo lagi musim dingin seperti ini, subuhnya jam 6.15 dan ifthornya jam 17.07... hehehe...
1 Komentar
asik banget bisa ke paris,, bekerja sambil jalan-jalan.. oooh eifelnya bagus banget....
BalasHapus