Bismillahirahmanirrahim...
Pernahkah Anda merasa tersesat? Di tengah hiruk pikuk dunia, tuntutan pekerjaan, masalah keluarga, dan godaan yang tak ada habisnya, terkadang hati kita terasa hampa dan jauh dari Sang Pencipta. Kita tahu jalan yang lurus itu ada, namun kaki terasa berat untuk melangkah ke sana. Saat-saat seperti inilah kita sering bertanya, "Ya Allah, di manakah Engkau?"
Sesungguhnya, Allah SWT tidak pernah meninggalkan kita. Justru, Dia-lah yang senantiasa memanggil kita untuk kembali. Melalui sebuah ceramah yang mencerahkan oleh Ustadz Belal Assaad, kita diingatkan kembali tentang cara Allah mengirimkan tanda-tanda untuk membimbing hati kita. Tanda-tanda ini datang dalam berbagai bentuk, sebagai bukti cinta dan rahmat-Nya yang tak terhingga.
Mari kita selami bersama, bagaimana cara Allah mengetuk pintu hati kita?
Al-Qur'an: Kompas yang Tak Pernah Usang
Sebelum kita membahas tahapan bimbingan-Nya, kita harus kembali ke sumber petunjuk utama: Al-Qur'an. Ustadz Belal Assaad menekankan bahwa Al-Qur'an bukanlah sekadar dongeng pengantar tidur. Ia adalah firman yang hidup, yang mampu "membaca" diri kita.
Ketika kita membacanya dengan hati yang terbuka dan pikiran yang jernih, ayat-ayatnya seolah berbicara langsung tentang apa yang sedang kita alami. Ia menjadi jawaban atas kegelisahan, obat bagi luka, dan cahaya di tengah kegelapan. Jangan pernah meremehkan kekuatan Al-Qur'an untuk menarik kita kembali ke jalan yang benar.
"Berlarilah Menuju Allah": Memahami Rasa Takut yang Benar
Ada sebuah konsep indah dalam Al-Qur'an: Farroo ilallah—"Berlarilah menuju Allah." Mungkin terdengar aneh. Mengapa kita harus lari menuju Dzat yang juga kita takuti?
Rasa takut (takwa) kepada Allah bukanlah seperti takut pada monster atau bahaya. Ia adalah rasa takut kehilangan cinta-Nya, takut terputus dari rahmat-Nya, takut mengecewakan Dzat yang paling kita cintai. Seperti seorang anak kecil yang berbuat salah dan dimarahi ayahnya, ia tidak lari menjauhi ayahnya. Sebaliknya, ia justru lari ke dalam pelukan ayahnya, mencari keamanan dan ampunan.
Itulah rasa takut kita kepada Allah. Kita lari dari dosa, dari godaan dunia, dan dari segala hal yang dapat merusak hubungan kita dengan-Nya, lalu kita berlindung kepada-Nya, karena hanya pada-Nya ada keamanan sejati.
Empat Tahapan Panggilan Sayang dari Allah
Saat seorang hamba mulai menjauh, atau bahkan saat Allah ingin mengangkat derajatnya, Dia akan memanggil melalui empat tahapan bimbingan:
1. Tahap Pertama: Bisikan Lembut dan Kesempatan Gratis
Ini adalah cara paling lembut dari Allah. Dia akan membukakan pintu-pintu hidayah di sekitar kita. Pernahkah Anda sedang memikirkan suatu masalah, lalu tiba-tiba video ceramah yang membahas hal itu muncul di beranda YouTube Anda? Atau saat shalat Jumat, khutbah yang disampaikan khatib terasa begitu relevan dengan apa yang sedang Anda hadapi? Itulah Allah yang sedang "menyapa" Anda. Dia mengirimkan pengingat melalui orang lain, melalui tulisan, atau kejadian-kejadian kecil. Ini adalah undangan gratis dari-Nya, yang diberikan kepada siapa saja.
2. Tahap Kedua: Disiplin Melalui Ujian dan Masalah
Jika bisikan lembut diabaikan, Allah akan menggunakan cara yang sedikit lebih "tegas", yaitu melalui disiplin. Layaknya orang tua yang menyayangi anaknya, Allah mendisiplinkan kita melalui masalah dan ujian. Mungkin kita kehilangan sesuatu yang kita cintai, menghadapi kesulitan dalam pekerjaan, atau ditimpa sakit ringan.
Jangan pandang ini sebagai hukuman semata. Ini adalah obat. Manusia seringkali belajar dan menjadi lebih kuat setelah melewati masalah. Ujian ini adalah "panggilan bangun" dari Allah, agar kita sadar dan kembali mengingat-Nya.
3. Tahap Ketiga: Teguran Keras yang Mendesak
Ketika seorang hamba terus-menerus mengabaikan pengingat dan ujian, Allah akan mendatangkan sesuatu yang lebih memaksa, yang tidak bisa kita hindari. Mungkin berupa masalah hukum yang harus dihadapi, penyakit yang lebih serius, atau kesulitan hidup yang membuat kita tidak punya pilihan lain selain bersimpuh dan memohon kepada-Nya.
Dalam Al-Qur'an, Allah menyebut ini sebagai "azab yang lebih dekat" (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), dengan tujuan la'allahum yarji'un—"agar mereka kembali." Bahkan dalam teguran-Nya yang paling keras sekalipun, masih tersimpan harapan dan rahmat-Nya agar kita pulang.
4. Tahap Keempat: Bencana Terbesar, Saat Allah Membiarkanmu Pergi
Inilah tahap yang paling menakutkan, bencana yang sesungguhnya. Apa itu? Apakah kematian dalam keadaan maksiat? Kehancuran bisnis? Bukan.
Bencana terbesar adalah ketika Allah membiarkan kita melakukan apa pun yang kita mau.
Saat semua pengingat, ujian, dan teguran tak lagi mempan, Allah akan membiarkan kita tenggelam dalam kesenangan duniawi. Dia akan membukakan pintu rezeki, memudahkan jalan kita untuk memenuhi semua hawa nafsu, dan membiarkan kita merasa "sukses" di mata dunia. Pada titik ini, tidak ada lagi ujian yang menyadarkan, tidak ada lagi masalah yang membuat kita menengadah. Hati telah terkunci.
Ini adalah istidraj, sebuah kenikmatan semu yang menipu, karena sejatinya Allah telah meninggalkan kita karena kita yang lebih dulu meninggalkan-Nya. Kita mendapatkan dunia, tetapi kehilangan segalanya. Sebagaimana firman-Nya: "Maka janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri."
Penutup: Pulanglah, Sebelum Terlambat
Saudaraku, Allah senantiasa memanggil kita dengan cara-Nya yang penuh hikmah. Renungkanlah sejenak, di tahap manakah kita saat ini? Apakah kita masih peka terhadap bisikan-bisikan lembut-Nya? Ataukah hati kita sudah mulai mengeras?
Jangan pernah menunggu sampai panggilan-Nya menjadi semakin keras, apalagi sampai Dia tak lagi peduli. Selagi nafas masih berhembus, pintu taubat selalu terbuka. Berlarilah kembali kepada-Nya. Buka kembali lembaran Al-Qur'an, perbaiki shalat kita, dan dengarkanlah tanda-tanda cinta-Nya yang tersebar di sekeliling kita.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing hati kita untuk tetap berada di jalan-Nya yang lurus dan menjadikan kita hamba-hamba yang selalu rindu untuk "pulang" kepada-Nya. Aamiin ya Rabbal'alamin.
Artikel ini disarikan dari poin-poin utama dalam ceramah Belal Assaad berjudul "How Allah Sends Signs to Guide Your Heart".
0 Komentar