Menanti Kelahiran Anak ketiga

Pukul 2 pagi, saya terbangun karena mendengar Thia memanggil saya. Kaget minta ampun begitu melihat Thia sudah  berdiri di luar kamar dan lantai sudah basah dengan air ketuban bercampur darah. Saat diperiksa dokter Sabtu pagi kemarin, usia kehamilan baru 36 minggu, dan operasi SC dijadwalkan tanggal 14 April 2015. Makanya lumayan panik melihat air ketuban campur darah sudah keluar sebelum waktunya.

Kita pun bergegas ke rumah sakit. Uqi dan Lana yang masih tertidur pun saya gendong ke mobil. Awalnya saya kepikiran untuk langsung ke IGD RS Hermina yang lokasinya persis di depan komplek rumah. Tapi karena kondisi Thia masih baik, maka saya terus ke RS Bunda DaLima di Sektor XIV BSD. Sebenarnya  Thia belum pernah kontrol dengan Dokter kandungan di RS ini. Sebelumnya tiap bulan Thia kontrol dengan Dokter Hera di RSIA Permata Sarana Husada di Pamulang, namun minggu lalu Dokter Hera resign dan RS tersebut mulai 1 April tidak lagi bekerjasama dengan BPJS. Jadi kami memutuskan untuk pindah ke RS Bunda DaLima. Bahkan hari Sabtu malam kami sudah datang survey dan memutuskan untuk kontrol dengan Dokter Julita yang praktek hari Kamis besok.

Namun, ternyata Allah merencanakan lain. Blum sempat kontrol dengan Dokter Julita, Thia  harus masuk IGD. Di IGD diterima seorang petugas laki-laki (entah dokter atau perawat) yang langsung mengarahkan kami ke ruang tindakan kebidanan. Saya kembali ke mobil untuk jemput Uqi dan Lana, namun begitu tiba di ruang kebidanan, Thia masih duduk menunggu sementara perawatnya masih sibuk nelpon cari kamar yang kosong setelah tahu kami pasien BPJS. Dengan agak kesal saya tegur perawatnya agar terlebih dahulu memeriksa keadaan Thia ketimbang cari-cari kamar.

Begitu diperiksa, alhamdulillah air ketuban masih ada dan suara degup jantung janin terdengar dengan baik. Namun lagi-lagi perawatnya beralasan sebaiknya Thia dirawat di RS Permata Sarana Husada karena sejak awal kontrol disana. Mereka beralasan ada IUD yg masih tertinggal di dalam rahim, sedangkan Dokter Kandungan nanti langsung bertemu Thia di ruang tindakan operasi dan tidak sempat lagi untuk pemeriksaan. Alasan yang cukup aneh bagi saya, namun saya hanya menjawab mustahil saya bawa kembali Thia ke RS Permata Sarana Husada dalam kondisi emergency seperti ini. Saya lagi-lagi menegur perawatnya agar jangan berasumsi sebelum menghubungi dokter terlebih dahulu. Saya tidak mau berburuk sangka bila perlakuan ini karena saya adalah peserta BPJS, namun seandainya benar karena itu, saya tidak keberatan bila membayar semua biaya tindakan seperti pasien umum lainnya, yang penting Thia cepat ditangani dengan profesional.

Alhamdulillah, dokter Daniel Richard yang dihubungi bersedia melakukan SC jam 6 pagi, namun karena kondisi janin masih 36 minggu maka perlu diberi penguat paru-paru terlebih dahulu sehingga operasi ditunda ke jam 1 siang. Perawat yang tadinya kurang welcome kini jadi ramah. Saya pun menghubungi mama-mama di Makassar untuk mengabarkan kondisi Thia . Insya Allah pagi ini jam 11 Mama Ima  tiba di jakarta.

Mohon doanya ya supaya proses kelahiran anak saya yang ketiga lancar.

0 Komentar