Catatan Perjalanan Budapest (Bagian 3)

Sepertinya tubuh ini belum bisa beradaptasi dengan waktu Budapest. Sudah dua malam berturut-turut, saya selalu terbangun pukul dua pagi. Saya coba untuk kembali tidur tapi mata ga bisa merem lagi. Saya pun memilih bangun untuk mandi lalu berbagi cerita lagi di blog ini.

Cuaca di Budapest kurang bersahabat kali ini, dinginnya minta ampun, hujan gerimis pula. Rekan saya Tanfer dari Turki memperkirakan hari Rabu akan turun salju, namun Renata dari Polandia menampik dengan alasan, cuaca saat ini terlalu hangat untuk turun salju. Entah siapa yang benar, tapi di dalam hati saya berharap turun salju dong. Udah tiga kali musim dingin saya jumpai di Eropa tapi sekalipun belum pernah ngerasain ketiban salju dari langit, hehehe.

Aktivitas kemarin cukup padat, setelah sarapan selesai, kami berkumpul lagi di Collegium Budapest untuk memulai General Assembly Meeting yang sudah menjadi agenda rutin tahunan di konsorsium SEA-EU-NET. Yang menarik dari pertemuan kali ini, ada beberapa rekan yang baru bergabung dengan tim kami, mereka berasal dari Euresearch Switzerland, STI Thailand, NTU Singapura, DOST Filipina, NAST Laos dan AIT yang berbasis di Thailand. Ada juga wajah-wajah baru namun dari institusi yang sudah lama bergabung dengan konsorsium, seperti Rapela Zaman dari The Royal Society UK. Dia menggantikan Natalie Day dan Laura Dawson yang sepertinya sedang mengerjakan project lain. Saya sempat salah tebak. Dari wajahnya saya menebak Ms. Rapela Zaman ini berasal dari India dan beragama Hindu, tapi ternyata dia keturunan Bangladesh, dan seorang Muslimah. Selama makan siang, saya bersama Rapela menghabiskan waktu mengobrol tentang kondisi Islam di negara masing-masing. Hal ini sering saya lakukan bila bertemu sesama muslim dari negara lain.

Suasana Rapat
Suasana meeting hari pertama

Satu hal yang bikin bete selama di Eropa adalah makanan. Saya harus cukup selektif memilih makanan yang disajikan. Untungnya ada rekan dari Malaysia dan Turki yang sama-sama concern dengan halal tidaknya makanan yang kita santap. Sebelum mengambil makanan biasanya kami saling bertanya satu sama lain, apakah makanan itu aman atau tidak. Bila salah satu di antara kami mengambil satu jenis makanan, maka yang lain akan ikutan. Ikutan ngambil dan ikutan yakin bahwa makanan tersebut halal. Tapi tidak semuanya pilihan kami aman. Nyatanya pada malam pertama kami tiba di sini, kami merasa aman dengan hanya mengambil salad. Untungnya beberapa detik sebelum kali mulai menyantap salad itu, rekan kami dari Hongaria yang menjadi tuan rumah segera memberi tahu bahwa dalam salad itu ada potongan-potongan kecil daging babi... OMG...

Makanya, saat sarapan kemarin pagi saya puas-puasin makan telur rebus, roti, scramble egg, aneka kue, buah-buahan, sereal, dan lain-lainya yang menurutku aman. Pokoknya breakfast like a king... takutnya lunch dan dinner di tempat meeting nanti tidak banyak pilihan makanan, makanya saya nyetok pas sarapan... hehehehe.. tapi ternyata tuan rumah sudah mengantisipasi kejadian kemaren malam dan menyediakan menu vegetarian buat kami yang muslim, alhamdulillah akhirnya lunch and dinner like a king lagi nih...

mcd
Ini bukan museum bro... ini McD... hehehehe

Selepas dinner tadi malam, pengennya sih jalan-jalan di sekitar hotel, namun hujan masih turun. Akhirnya kuputuskan untuk pulang dan langsung tidur walaupun jam masih menunjukkan pukul 19 lewat 10 menit. Begitu sampai di hotel, telepon di kamar berdering dan langsung saya angkat. Saya sempat bingung karena lawan bicara saya ngomong pake bahasa Indonesia dan logatnya tidak asing di telinga. Setelah memastikan saya adalah Munawir Razak, beliau memperkenalkan diri sebagai Anis Kadir. Saya langsung teringat dengan cerita pak Joko, bahwa ada pegawai KBRI Hongaria yang juga berasal dari Makassar dan pernah kuliah di Universitas Al-Azhar Kairo bernama Anis Kadir. Saya tidak pernah menyangka sebelumnya kalau Anis Kadir yang dimaksud pak Joko adalah senior saya di Pesantren IMMIM. Kanda Anis Kadir alumni tahun 1989, sehingga saya tidak sempat bertemu di kampus dan jarang ada moment seperti reuni yang mempertemukan kami karena setelah selesai kuliah di Kairo, beliau langsung merantau ke Budapest ini sudah lebih dari 16 tahun. Beliau langsung mengenali saya sebagai adik alumni dari IMMIM begitu melihat nama saya di berkas perjalanan dinas yang disampaikan pak Joko. Kata Kanda Anis Kadir, beliau tidak asing dengan nama saya karena pernah mampir di blog ini. Hehehehe....

Benar kata ustaz Taufan, walaupun belum pernah bertemu, namun bila sama-sama pernah mondok di Pesantren IMMIM, rasanya kami sudah kenal lama. Insya Allah sebelum saya pulang ke tanah air saya akan bertemu dengan Kanda Anis Kadir. Bertemu dengan senior di Indonesia saja senangnya bukan main, apalagi bisa bertemu dengan senior di belahan lain bumi Allah ini... subhanallah... (to be continued)

0 Komentar