Catatan Perjalanan Manila

Alhamdulillah dapat undangan dari rekan NSTDA Thailand, untuk menghadiri workshop di Manila sebagai rangkaian dari kegiatan ASEAN COST Meeting. Saya berangkat menuju Manila menggunakan Philippine Airlines, perjalanan memakan waktu sekitar 3,5 jam, yah kurang lebih lamanya sama kalo kita ke Ambon. Sesampainya di Terminal Kedaratangan, saya sempat bingung karena petugas dari KBRI Manila yang seharusnya menjemput saya belum datang. Untungnya petugas keamanan bandara ada yang berbaik hati memberikan uang logamnya untuk saya gunakan menelepon ke KBRI. Tak lama kemudian petugas KBRI datang menjemput sambil mengabarkan bahwa tadi mereka terlebih dahulu mengurus penjemputan beberapa orang pejabat dari Kementerian Budpar.


Saya menginap di Hotel Atrium yang terletak di selatan Manila, tepatnya di Gil Puyat ave, Pasai. Sayangnya kamar saya di lantai 23 terbatas pemandangannya ke arah selatan saja, padahal kota Manila sendiri ada di bagian utara hotel, dan Manila Bay ada di bagian Barat. Jadinya saya cuman harus puas melihat pesawat yang hilir mudik di bandara Aquino. Oh ya seperti Hotel Atrium di Jakarta, di bagian bawah hotel juga ada Mallnya, tapi kondisinya kurang terawat dan terkesan kumuh.

Karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat keliling kota Manila, saya hanya mengunjungi Mall of Asia yang letaknya hanya beberapa KM dari hotel. Mall of Asia ini nampaknya menjadi ikon baru kota Manila. ukuran mall ini lumayan besar, saya kurang yakin apakah ada mall di Indonesia yang lebih besar dari mall ini. Ada beberapa hal menarik dari mall ini, pintu masuk mall untuk pria dan wanita dibedakan, dan masing-masing dijaga oleh seorang security pria dan wanita juga. sepertinya di Indonesia belum ada mall yang membedakan jalur masuk berdasarkan jenis kelamin. Selain itu dimana-mana terdapat tulisan "This facilities only for the erderly people and handicapped"... ya pengunjung yang sudah tua dan yang cacat sangat diistimewakan di mall ini, dimana-mana ada fasilitas khusus buat mereka mulai dari toilet khusus hingga jasa pengantaran oleh security dengan menggunakan mini car.


Saya pun mencoba naik kendaraan umum khas Manila yang eksotis, Jeepney... kendaraan ini umumnya colorful, penuh dengan asesoris-aseoris yang rame, plus sticker tulisan yang warna-warni pula. Di setiap sudut kota Manila pasti ada Jeepney, wajar sih, sepertiga dari jumlah kendaraan umum di Manila adalah Jeepney. Ongkos naik Jeepney ga mahal-mahal amat, sekitar 8 peso untuk jarak dekat hingga 15 peso untuk jarak yang jauh. Saya cuman mencoba naik Jeepney dari Mall of Asia ke arah Quiapo dan lanjut lagi ke arah Santa Cruz. Namun ga enaknya naik Jeepney, karena kita terpapar polusi karena jendelanya yang terbuka lebar dan tanpa kaca. Di Jakarta kalau kita naik angkot, biasanya turun baru bayar ongkos ke pak Supir.  Tapi kalo naik Jeepney, bayarnya pada saat kendaraan sedang berjalan, melalui jendela yang ada di belakang pak supir. karena ukuran Jeepney yang panjang, maka otomatis penumpang yang paling belakang menitipkan ongkos pada penumpang yang lebih dekat ke pak Supir, estafet gitu deh. Begitu pula dengan kembalian ongkosnya, dititipkan pak supir kepada penumpang yang berada paling depan dan kemudian dioper ke belakang...
Beberapa bagian kota Manila ada juga yang kumuhnya minta ampun, sampah berserakan, genangan air dimana-mana, yang bikin jijik adalah banyak anjing kotor yang berkeliaran di pinggir jalan. Bahkan di dekat hotel Atrium tempat saya nginap, banyak gelandangan yang seenaknya tidur di emperan-emperan toko. Ada satu perbedaan mencolok antara lalu-lintas di jakarta dan manila, bisa dibilang jumlah pengendara sepeda motor di Manila bisa dihitung dengan jari, tidak seperti di Jakarta yang dimana-mana motor berseliweran. Mungkin karena jumlah angkutan umum di Manila yang banyak dan juga murah, jadi pada milih naek angkot daripada naek motor.


Mayoritas penduduk manila beragama Katolik, so susah banget cari yang namanya makanan halal. Saya udah nyetok pop mie dari Jakarta, tapi di hotel ga ada water heater. KFC yang ada di seberang hotel jadi satu-satunya pilihan untuk mengganjal perut. Saya sempat bertemu dengan warga manila yang muslim. Beliau mengelola money changer di seberang hotel atrium. Kebetulan saya lagi flu dan tiba-tiba bersin trus refleks ngucapin hamdalah, dia langsung nanya... are u malaysian? saya jawab... i'm indonesian moslem... dan sambil tersenyum dia menjawab i'm filipino muslim... dari balik jeruji ruangannya yang seperti sel, dia mengulurkan tangan untuk bersalaman... hmmm indahnya ukhuwah islamiyah, walaupun beda bangsa, tapi kalo udah sama-sama islam... pasti rasanya seperti saudara..

Sedikit tips buat anda yang berniat berkunjung ke Manila, sebaiknya jangan menukar langsung uang rupiah anda ke mata uang filipina (peso). Sebaiknya ditukar dulu ke Dollar atau Euro, karena nilai tukar rupiah ke peso lemah banget. 1 peso sama dengan 263 rupiah. sedangkan 1 USD sama dengan 44 peso. kalau kurs sekarang 1 USD sama dengan 9250 rupiah maka bisa dapat selisih sekitar 2300 rupiah atau 8 peso.

4 Komentar

  1. duh wir, jalan2 terus, tapi koq gw gak pernah dbawain oleh2 sih :(

    BalasHapus
  2. sip....seru nih cerita manilanya dek!

    BalasHapus
  3. sip....seru nih cerita manilanya dek!

    BalasHapus
  4. asik banget udah ke paris,, sekarang ke manila pula..
    haaaa,,
    mas kerja dimana???

    BalasHapus