Catatan Perjalanan Budapest (Bagian 2)

Ahirnya setelah hampir tiga jam transit di Schipol Amsterdam, pesawat KLM dengan nomor penerbangan KL 1975 bertolak menuju Bandara Ferihegy Budapest. Perjalanan dari Amsterdam ke Budapest kurang lebih sama seperti dari Jakarta ke Makassar. Pemandangan dari atas pesawat ternyata sangat memukau. ketika pesawat baru take-off, di darat nampak ratusan kincir angin berjajar rapi. Pemandangan di atas awan tidak kalah cantiknya. Hamparan awan putih bersih yang menggumpal bagai kapas berpadu dengan birunya langit.

Tepat pukul 12 siang, pesawat pun mendarat dengan mulus di Budapest. Di pintu keluar sudah menunggu
Pak Joko dari KBRI Hongaria yang akan mengantar saya ke hotel. Sepanjang perjalanan selama 30 menit Pak Joko bercerita banyak tentang kota Budapest. Kondisi jalanan di kota Budapest mirip-mirip sama di Serpong deh, banyak tambalan aspal di sana sini, kata pak Joko jalanan yang bagus nan mulus adanya di highway yang menghubungkan antara negara-negara Schengen.

Saya menginap di Hotel Hilton karena sangat dekat dengan kantor Collegium Budapest yang menjadi lokasi konferensi. Hotel Hilton lokasinya sangat strategis karena berada di lingkungan Castle Area yang merupakan wilayah sekeliling istana raja dengan berbagai peninggalan bangunan tua seperti Gereja St. Matyas yang dibangun oleh Raja Bela IV pada tahun 1225, Benteng Nelayan (Fisherman Bastion), Maria Magdalena Tower dan tentu saja istana raja alias Royal Palace. Royal Palace adalah komplek bangunan istana raja Hongaria yang mulai dibangun sejak abad ke-15 dan selesai dibangun dengan kondisi saat ini pada tahun 1910. Saat ini istana tersebut merupakan national gallery yang memiliki koleksi peninggalan sejarah terbanyak di Hongaria. Di samping kanan Royal Palace terdapat istana Alexander yang pada jaman kerajaan menjadi tempat tinggal perdana menteri Hongaria. Gedung yang dibangun pada tahun 1803-1806 tersebut saat ini menjadi Kantor Presiden Hongaria. Ga kebayang kalo di Indonesia kantor presiden seperti ini, ramai dikunjungi turis-turis... pasti Paspampresnya sibuk minta ampun, hehehe...

Royal Palace
Royal Palace, Budapest

Satu lagi yang menarik dari kawasan ini adalah lokasinya yang terletak di atas bukit. Dari Hotel Hilton, dengan jelas kita bisa melihat Gedung Parlemen (Orszaghaz) yang terletak di seberang sungai, begitu juga dengan St. Stephen’s Basilica yang merupakan gereja terbesar di Budapest dengan luar sekitar 4000 meter persegi dan dibangun pada tahun 1851. Pemandangan yang tak kalah menarik dari atas sini adalah Chain Bridge yang merupakan jembatan pertama di Budapest pada tahun 1839-1849. Jembatan nan eksotis ini menjadi simbol penggabungan kota Buda dan Pest menjadi Budapest pada tahun 1885.

Bridge
Chain Bridge dan St. Stephen’s Basilica dilihat dari jalan menuju Hotel Hilton

Baru nyampai tapi keknya udah banyak tau ya... hehe thanks to Pak Joko yang udah share banyak hal tentang Budapest. Pak Joko dengan baik hatinya pula menawarkan bantuan untuk mengantar cari makanan , tentu saja makanan yang halal. Ternyata ga susah nyari restoran kebab Turki,  alhamdulillah... Turki ternyata pernah menjajah Hongaria lebih dari 150 tahun, tapi ga keliatan lagi sisa-sisa peninggalan Kerajaan Turki di sini. 

Karena pelayan restoran Turki tersebut tidak mengerti bahasa Inggris, Pak Joko memesan makanan dalam bahasa Hongaria. Hehe ternyata pak Joko udah lama tinggal di sini, istrinya asli orang Hongaria,dan anaknya pun sudah menjadi warga negara Hongaria. 

Sesampainya kembali di hotel, jam sudah menunjukkan pukul 15.00, ngantuk banget rasanya, efek jetlag. Saya berusaha untuk tidak tidur, takut kebablasan, karena pukul 18.00 saya sudah harus ikut pertemuan dengan teman-teman dari SEA-EU-NET. Saya pun memutuskan untuk jalan-jalan motret suasana di sekitar hotel setelah mandi dan beres-beres di kamar terlebih dahulu. Namun rencana itu urung saya lakukan karena Pukul 16.00 ternyata di luar sudah gelap, ternyata matahari cepat tenggelam di musim dingin...

Akhirnya kuputuskan untuk tinggal di kamar dan internetan. sayangnya internet tidak gratis di Hilton. Padahal dah bayar 80 euro per malam tapi kudu bayar lagi untuk internet, untuk 30 menit tarifnya 1.350 forint, sejam tarifnya 3.100 forint, 24 jam tarifnya 7.800 forint dan untuk seminggu musti bayar 19.500 forint. Forint itu mata uang Hongaria yang kalo dikonversi ke rupiah kita kita 1 forint = 50 rupiah. Ternyata Hongaria belum mengadopsi mata uang tunggal Euro. Jadi transaksi di toko, restoran, bus, tram semuanya pakai forint. Tidak banyak tempat seperti Hotel Hilton yang menerima Euro.

Pukul 18.00 saya turun ke lobby, ternyata teman-teman saya sudah pada ngumpul duluan, ada Tanfer dan Elif dari Turki, ada Christoph, Gerold dan Margot dari Jerman, Ahmad dari Malaysia, Simon dari Kanada, dan Alex dari Austria. Dari hotel kami jalan ke Collegium Budapest yang lokasinya cuman 100 dari hotel. Disana kami disambut rekan kami Mr. Bela, ex diplomat Hungaria yang menjadi tuan rumah acara tahun ini. Senang bisa bertemu dengan mereka sekali setahun, memperluas wawasan dengan diskusi tentang kondisi di negara masing-masing. Untungnya kuliah dulu sempat belajar tentang Eropa, jadi masih nyambung dengan obrolan teman-teman. Hehehe... (to be continued)

1 Komentar

  1. salut sama dirimu, sudah benar-benar mewujudkan impian exploring the world nih!! keep writing ya... !!Salam Hi-ers!!

    BalasHapus